Dimensi bangsa, kebangsaan, dan rasa kebangsaan
menjadi suatu yang “imagined” yang berarti adalah orang-orang yang
mendefinisikan diri mereka sebagai warga suatu bangsa, meski tidak pernah
saling mengenal, bertemu, atau mendengar, tetapi, dalam pikiran mereka hidup
suatu image mengenai kesatuan dan kebersamaan. Sejak proklamasi dikumandangkan
bangsa Indonesia ke seluruh dunia, 17 Agustus 1945, masyarakat internasional
mengetahui dan mengakui, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
negara merdeka dan berdaulat. Inti merdeka adalah tidak lagi dijajah, berdaulat
artinya mempunyai kewenangan penuh untuk menetapkan bentuk negara, sistem
pemerintahan, dan menentukan masa depan sendiri. Sebagai ideologi, maka
nasionalisme patut dipahami sebagai wacana untuk menunjukan identitas bangsa
yang berdaulat, yang mampu melindungi dan menjaga eksistensinya dalam pergaulan
dengan bangsa bangsa lain di komunitas masyarakat dunia. Indonesia adalah
negara yang dibangun berdasarkan konsep Nation State di atas masyarakat
heterogen yang terdiri dari berbagai macam etnis, ras, dan agama. Salah satu
bentuk pertentangan antara identitas lokal dengan identitas nasional adalah
pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menuntut kemerdekaan penuh dari
pemerintahan Republik Indonesia. Gerakan Aceh Merdeka atau GAM adalah
sebuah organisasi (yang dianggap separatis) yang memiliki tujuan
supaya daerah Aceh atau yang sekarang secara resmi disebut Nangroe Aceh
Darussalam lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak awal, gerakan
ini berprinsip dasar secara ideologis dan politis memang ingin melepaskan diri
dari NKRI dan ingin mendirikan negara sendiri yang disebut "Aceh
Merdeka". Dimensi masalah kedua ini secara ideologis, prinsip, dan tujuan
bertentangan dengan NKRI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
Selasa, 24 November 2015
Senin, 29 Juni 2015
Dinamika Hubungan AS&Uni Eropa pra PD I - Sekarang
Kelompok 1 kelas C Tema: Amerika dan Europe
"Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Marshall Plan Terhadap Eropa." by alfredhaHI.blogspot.com
"Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Marshall Plan Terhadap Eropa." by alfredhaHI.blogspot.com
"Hubungan AS-Eropa Setelah Terbentuknya Uni Eropa." by dnrtrianggita.blogspot.com
"Hubungan Amerika dengan Eropa Pasca Containment Policy." by Ratna-anjani-saraswati.blogspot.com
"Kerjasama Keamanan Amerika Serikat dengan Eropa Dalam Menanggulangi Terrorisme." by akmalrouf.blogspot.com
"Kerjasama AS dan Eropa dalam Program Nuklir Iran." by pgas-anjas.blogspot.com
Dinamika
Hubungan AS & Uni Eropa pra PD I – Sekarang
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Amerika
Serikat dan Eropa merupakan negara yang dikenal sebagai negara Super Power bahkan pada masa Perang
Dunia I sampai sekarang. Sebelum ada peristiwa Perang Dunia 1, di Eropa telah
banyak terjadi perselisihan antar negara. Perselisihan tersebut yakni antara
negara Jerman, Austria, Hongaria dan Italia yang membentuk triple alliance dan negara
Perancis, Inggris dan Rusia yang membentuk triple entente. Amerika
Serikat mulai mengambil peran dengan bersikap netral. Tetapi sikap ini
gagal yang akhirnya membuat Amerika Serikat mengambil alih kepemimpinan blok
sekutu dari Perancis. Sikap netral Amerika gagal karena runtuhnya Ballance of Power di Eropa, ada
penyerangan Lusitania serta keluarnya Rusia dari blok sekutu pada 1917.
Nasionalisme, industrialisme, dan imperialisme pada saat itu membuat semakin
panas suasana.
Perang Dunia I ini berlangsung selama 4
tahun yaitu pada tahun 1914-1918. Perang Dunia I akhirnya dimenangkan oleh blok
sekutu. Berakhirnya Perang Dunia I diakhiri oleh adanya Perjanjian Versailles pada 28 Juni 1919.
Dengan terjadinya Perang Dunia I, dampak yang ditimbulkan antara lain Jerman
kehilangan daerah jajahan, angkatan bersenjata berkurang, memberi kompensasi
pada negara sekutu atas kerusakan akibat perang dan banyaknya korban jiwa serta
finansial yang tak sedikit.
Dampak
Perang Dunia 1 meninggalkan krisis pada tahun 1919-1939 dengan terpuruknya
ekonomi dunia dan bergesernya sistem demokrasi ke cenderung diktator. Peristiwa
ini biasa dikenal dengan nama Krisis 20
tahun.
Perang Dunia II dilatarbelakangi
dengan munculnya fasisme di Italia oleh Mussolini, NAZI di Jerman oleh Hitler,
dan fasisme militer di Jepang oleh Tenno Meiji.
Suasana diperparah lagi dengan Hitler yang menghancurkan perjanjian Versailles
dan mengembangkan industri persenjataan Jerman. Perang Dunia 2 memuncak saat
Jerman meyerang Polandia pada tahun 1939 yang kala itu Polandia dibantu Inggris
dan Perancis. Serta Jepang yang membom pangkalan laut milik Amerika Serikat di
Pearl Harbour.
Akhirnya Amerika Serikat pun ikut perang lawan blok poros yaitu Jerman, Italia
dan Jepang. Pada saat itu Amerika Serikat yang tergabung denga blok sekutu
bersama Uni Soviet dan negara Eropa lain. Perang
dunia 2 ini akhirnya dimenangkan oleh blok sekutu. Dampak adanya perang ini
yaitu Berlin yang dikuasai oleh Uni Soviet yang membuat bersatunya Jerman Barat
dan Jerman Timur dan pengeboman kota Nagashaki dan Hiroshima di Jepang oleh
Amerika Serikat yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat. Pada periode
ini disebut juga The End of Empire. Runtuhnya
imperialisme pada abad 20 dengan perubahan mendasar dalam politik dimana
menandakan berkurangnya kepemimpinan Eropa sebagai wasit dalam berbagai kejadian
dunia (Scott, Len ,2001).
Konstelasi
perang pada Perang Dingin adalah munculnya sistem bipolar dimana pada saat itu
aktor yang mendominasi adalah Uni Soviet dan Amerika Serikat (Jackson and
Sorensen,2009:67). Perang dingin terjadi karena adanya adu 2 kekuatan (bipolar)
antar keduanya yang sama-sama kuat. Perang Dingin memiliki karakteristik
persaingan antar ideologi (Crockatt,2001).
B. Rumusan
Masalah
Bagaimana pasang surut hubungan AS & Uni Eropa pra PD I – sekarang?
Bagaimana pasang surut hubungan AS & Uni Eropa pra PD I – sekarang?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perang
Dingin
Doktrin Truman
Doktrin
Truman adalah kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden AS Harry S. Truman pada
12 Maret 1947 yang menyatakan bahwa AS akan mendukung Yunani dan Turki dengan
bantuan ekonomi dan militer untuk mencegah mereka jatuh ke dalam lingkup
Soviet. Truman menyatakan bahwa doktrin “kebijakan Amerika Serikat untuk
mendukung masyarakat bebas yang mencoba melawan penaklukan oleh minoritas
bersenjata atau oleh tekanan luar.
Marshall Plan
Marshal Plan atau
ERP (Program Pemulihan resmi Eropa) adalah program besar-besaran untuk membantu
Eropa di mana Amerika Serikat memberikan dukungan keuangan untuk membantu
membangun kembali ekonomi Eropa setelah akhir Perang Dunia II dalam rangka
memerangi penyebaran komunisme di Uni Soviet. Tujuan dari Amerika Serikat untuk
membangun kembali perang-wilayah yang hancur, menghilangkan hambatan-hambatan
perdagangan, memodernisasi industri, dan membuat Eropa makmur lagi. Marshall
Plan adalah salah satu elemen pertama dari integrasi Eropa, karena menghapus
hambatan perdagangan dan mendirikan lembaga untuk mengkoordinasikan ekonomi
pada tingkat benua-yaitu, merangsang rekonstruksi total politik Eropa Barat.
Perseteruan NATO
dan Pakta Warshawa
Setelah
Perang Dunia II usai, Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup
berarti dengan terbentuknya kerjasama diplomatik dengan 52 negara. Peranan
penting Uni Soviet pasca PD II adalah keikutsertaannya memprakarsai berdirinya
PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya. Pada tahun 1949 Jerman, sebagai
Negara yang kalah perang dipecah menjadi 2 bagian meliputi: Jerman Barat,
Jerman Timur, dan ibukotanya Berlin dibagi menjadi 4 bagian. Pada tahun
tersebut AS dan sekutu-sekutunya membentuk NATO (Pakta Pertahanan Atlanti Utara)
sedangkan Uni Soviet membentuk SEV atau Dewan Kerjasama Ekonomi Negara-negara
Sosialis. Pada tahun 1955 untuk mengimbangi kekuatan NATO, Soviet membentuk
Organisasi Perjanjian Warshawa (OWD) atau lebih dikenal dengan Pakta Warsawa.
B.
Pasca
Perang Dingin
Kedua negara super power
(AS&Soviet) akhirnya menyadari bahwa hubungan antar keduanya sudah sangat
panas, oleh karena itu mereka ingin mengurangi ketegangan yang ada. Sehingga
sejak 1970-an hubungan antarnegara dunia mulai membaik dan ketegangan dalam
perang dingin mulai berkurang. Pengurangan ketegangan terhadap pihak yang
bertikaidisebut Detente.
C.
Dampak
positif dan negative Perang Dingin:
Dampak positif:
1. Munculnya negara super power, maka perekonomian dunia banyak
dikuasai oleh para pemegang modal. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara menginvestasikan modal mereka ke
negara-negara berkembang yang upah buruhnya masih relatif rendah.
2. Muncul dan menyebarnya isu-isu HAM yang mulai mengglobal.
Dampak negative:
1. Dengan adanya senjata nuklir yang dikembangkan secara pesat
oleh kedua negara, maka masyarakat dunia mengalami ketakutan yang luar biasa
akan adanya kemungkinan perang nuklir yang sebenarnya oleh kedua negara yang
bersengketa itu. Amerika kemudian menandatangani terbentuknya NATO. Ini
adalah suatu organisasi pertahanan yang kira-kira menyetujui tentang perjanjian
bahwa apabila salah satu negaranya diserang maka dianggap sebagai serangan
terhadap NATO.
2. Dibangunnya tembok berlin di Jerman sebagai batas antara
Jerman Barat dan Jerman Timur. Negara ini mengalami perpecahan karena
adanya 2 paham yang berbeda berlaku di negara ini, yaitu paham liberal yang
dianut Jerman Barat dan paham komunis yang dianut Jerman Timur.
BAB
III
KESIMPULAN
Amerika
Serikat dan Eropa merupakan negara yang dikenal sebagai negara Super Power bahkan pada masa Perang
Dunia I sampai sekarang. Sebelum ada peristiwa Perang Dunia 1, di Eropa telah
banyak terjadi perselisihan antar negara. Perselisihan tersebut yakni antara
negara Jerman, Austria, Hongaria dan Italia yang membentuk triple alliance dan negara
Perancis, Inggris dan Rusia yang membentuk triple entente.
Konstelasi
perang pada Perang Dingin adalah munculnya sistem bipolar dimana pada saat itu
aktor yang mendominasi adalah Uni Soviet dan Amerika Serikat (Jackson and
Sorensen,2009:67). Perang dingin terjadi karena adanya adu 2 kekuatan (bipolar)
antar keduanya yang sama-sama kuat. Perang Dingin memiliki karakteristik
persaingan antar ideologi (Crockatt,2001).
Perang Dingin merupakan sebuah perang ideologi yang dilakukan
oleh dua kekuatan besar dengan melibatkan beberapa negara-negara di dunia,
terutama di Eropa. Hal ini sebagai akibat dari kemenangan yang diperoleh dua
negara adidaya pasca Perang Dunia II. Kemudian dari kemenangan tersebut membuat
kedua negara adidaya tersebut bersaing karena ingin menjadi negara yang terkuat
di dunia. Maka dari itu kedua negara adidaya ini berseteru untuk memperebutkan
pengaruhnya di Eropa baik secara kekuatan fisik maupun ideologi. Selanjutnya ,
konflik ini meruncing menjadi sebuah perang yang hampir merugikan umat manusia
dengan adanya isu penggunaan nuklir tetapi dalam perjalanannya ternyata lebih
mengutamakan ideology sebagai alat untuk menguasai dunia. Bagi negara – negara Eropa
perang tersebut menjadikan pelajaran yang penting karena dampaknya menjadikan
negara – negara Eropa mengarah kepada sebuah usaha penyatuan dan berusaha
memajukan negaranya, meskipun secara motil dan materil juga merugikan negara –
negara di Eropa.
REFERENSI
Crockatt, R. (n.d.). The End of The Cold War.
Baylis.
Hidden Agenda; US/NATO Takeover of Yugoslavia. (n.d.).
Jurnal Kajian Wilayah Eropa. (n.d.).
Mason, J. W. (n.d.). The Cold War. London.
Scott, L. (n.d.). International History 1945-1990.
Baylis.
The Global War. (n.d.).
Langganan:
Postingan (Atom)